Kalimantan dikenal sebagai salah satu hutan tropis terbesar di dunia, bagian dari bentang alam megah yang menyumbang oksigen bagi planet ini. Namun di balik kekayaan alamnya, Kalimantan menyimpan kisah kehilangan besar. Data dari Global Forest Watch 2024 mencatat bahwa Indonesia kehilangan lebih dari 9 juta hektare tutupan hutan dalam dua dekade terakhir, dan sebagian besar kerusakan tersebut terjadi di Kalimantan (sumber: https://dlhkalimantantimur.id/).
Pulau ini memiliki posisi ekologis strategis sebagai pusat keanekaragaman hayati dan penyimpan karbon alami. Namun, ekspansi industri, pertambangan, dan proyek besar seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara membuat ekosistemnya kian tertekan. Hutan yang dulu lebat kini menjadi lahan terbuka, dan hewan endemik kehilangan rumah mereka.
Mengapa Isu Deforestasi Kalimantan Menjadi Sorotan Dunia
Kalimantan bukan sekadar pulau di tengah Indonesia. Ia adalah paru-paru dunia yang menopang keseimbangan iklim global. Saat hutan di sana terus menipis, bukan hanya Indonesia yang terdampak, tapi juga atmosfer bumi secara keseluruhan.
Menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2024, laju deforestasi Kalimantan meningkat di wilayah Kalimantan Timur dan Tengah akibat ekspansi industri ekstraktif (sumber: https://dlhkalimantantimur.id/). Hutan tropis yang semula menutup 74% daratan kini tinggal separuhnya. Dunia menyoroti hal ini karena Kalimantan memiliki salah satu cadangan karbon terbesar di Asia Tenggara.
Penyebab Utama Deforestasi di Kalimantan

Untuk memahami skala ancaman yang dihadapi, perlu melihat akar penyebab utama hilangnya hutan Kalimantan.
1. Ekspansi Perkebunan Sawit
Industri kelapa sawit menjadi penyebab terbesar deforestasi. Laporan Greenpeace 2023 menunjukkan 60% pembukaan hutan di Kalimantan terjadi karena ekspansi sawit. Pembukaan lahan sering kali dilakukan tanpa mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Habitat alami orangutan, bekantan, dan satwa lainnya pun terganggu. Selain itu, masyarakat adat kehilangan wilayah adat yang menjadi sumber penghidupan mereka.
2. Penebangan Liar dan Pertambangan Batu Bara
Penebangan liar masih menjadi masalah serius. Aktivitas ini kerap dilakukan secara masif dan terorganisir. Di sisi lain, pertambangan batu bara di Kalimantan Timur dan Selatan memperparah kerusakan. Lubang tambang yang ditinggalkan tanpa reklamasi menimbulkan bahaya bagi warga sekitar dan mencemari air tanah. Lingkungan rusak, kesehatan masyarakat menurun, dan ekonomi lokal bergantung pada sumber daya yang tidak terbarukan.
3. Pembangunan Infrastruktur dan Proyek Ibu Kota Nusantara (IKN)
Pembangunan IKN membawa peluang ekonomi, namun juga risiko ekologis besar. Pembukaan lahan untuk jalan, perumahan, dan fasilitas pemerintah menyebabkan penurunan tutupan hutan. Meskipun pemerintah menjanjikan konsep kota hijau, implementasi di lapangan membutuhkan pengawasan ketat. Tanpa manajemen lingkungan yang kuat, pembangunan bisa mempercepat degradasi hutan.
4. Kebakaran Hutan dan Pembukaan Lahan
Setiap tahun, Kalimantan berhadapan dengan kebakaran hutan besar. Sebagian besar dipicu oleh metode pembukaan lahan menggunakan api. Ketika musim kemarau panjang datang, api menjalar ke lahan gambut dan menciptakan kabut asap pekat. Polusi udara meningkat, gangguan pernapasan meluas, dan emisi karbon melonjak. Kondisi ini diperburuk oleh perubahan iklim yang membuat cuaca semakin ekstrem.
Dampak Deforestasi Kalimantan terhadap Kehidupan
Hilangnya hutan bukan hanya kehilangan pohon, tetapi juga kehilangan sistem penopang kehidupan manusia dan satwa.
1. Rusaknya Ekosistem dan Hilangnya Habitat Satwa
Kalimantan memiliki lebih dari 10.000 spesies tanaman dan 1.400 spesies hewan. Namun dengan deforestasi yang terus berlangsung, banyak spesies kini terancam punah. Orangutan kehilangan 80% habitatnya dalam 20 tahun terakhir. Satwa yang kehilangan rumah sering kali masuk ke area pemukiman, menimbulkan konflik dan kematian tragis.
2. Dampak Sosial bagi Masyarakat Adat
Masyarakat adat seperti suku Dayak menggantungkan hidup pada hutan. Ketika hutan hilang, mereka kehilangan sumber air, pangan, dan identitas budaya. Banyak komunitas adat harus meninggalkan tanah leluhur karena berubah fungsi menjadi lahan industri. Konflik agraria meningkat, sementara akses terhadap keadilan masih terbatas.
3. Kontribusi terhadap Krisis Iklim Global
Deforestasi Kalimantan memberi dampak langsung terhadap pemanasan global. Hutan tropis berfungsi sebagai penyerap karbon alami. Saat hutan terbakar atau ditebang, karbon dilepaskan ke atmosfer. Bank Dunia memperkirakan Indonesia menyumbang hingga 4% emisi global akibat deforestasi dan kebakaran hutan.
Upaya Menyelamatkan Paru-Paru Dunia
Meski ancaman besar, berbagai langkah telah dilakukan untuk memulihkan kondisi hutan Kalimantan.
1. Reboisasi dan Restorasi Hutan
Program rehabilitasi seperti Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN) terus berjalan. Lembaga seperti Borneo Nature Foundation dan WWF Indonesia bekerja sama dengan pemerintah dan komunitas lokal untuk memulihkan ekosistem. Namun, keberhasilan reboisasi tergantung pada jenis pohon yang sesuai dan pengawasan berkelanjutan agar hutan tidak kembali rusak.
2. Inisiatif Masyarakat Lokal dan Adat
Masyarakat lokal terbukti mampu menjaga hutan dengan kearifan tradisional. Sistem hutan adat memberikan kontrol langsung kepada warga atas wilayahnya, menekan pembalakan liar dan eksploitasi. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat adat perlu diperluas, karena keberlanjutan sejati hanya bisa tercapai jika warga menjadi bagian dari solusinya.
3. Penerapan Prinsip ESG dan Green Investment
Prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) kini menjadi tolok ukur tanggung jawab perusahaan. Beberapa perusahaan tambang dan perkebunan mulai berkomitmen pada kebijakan nol deforestasi. Tren investasi hijau juga tumbuh, mendukung proyek energi terbarukan, pertanian organik, dan konservasi lahan gambut di Kalimantan.
4. Gerakan Anak Muda dan Teknologi Hijau
Generasi muda Kalimantan berperan penting dalam kampanye digital dan inovasi lingkungan. Melalui teknologi seperti drone pemantau hutan dan aplikasi berbasis data satelit, mereka membantu mendeteksi kebakaran dan pembalakan liar lebih cepat. Kesadaran lingkungan di kalangan muda membawa harapan baru bagi masa depan hijau Kalimantan.
Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan Kalimantan
Menjaga hutan di Kalimantan membutuhkan sinergi lintas sektor. Tantangan utama meliputi lemahnya penegakan hukum, kepentingan ekonomi jangka pendek, dan minimnya pengawasan. Namun potensi untuk bangkit tetap besar. Dengan menggabungkan teknologi hijau, tata kelola yang transparan, dan dukungan masyarakat, Kalimantan dapat menjadi model pembangunan berkelanjutan bagi Asia Tenggara.
Dari Kritik ke Aksi Nyata
Deforestasi Kalimantan bukan hanya isu lingkungan, melainkan ujian moral bagi manusia. Menjaga hutan berarti menjaga kehidupan. Saat pohon terakhir tumbang, manusia kehilangan napas yang sama. Kini saatnya bergerak dari kritik ke aksi nyata. Dukungan bisa dimulai dari langkah kecil: memilih produk ramah lingkungan, menanam pohon, dan mendukung konservasi lokal.
Kalimantan tidak butuh belas kasihan. Ia butuh kesadaran dan tindakan. Karena hutan bukan warisan dari leluhur, melainkan titipan bagi generasi mendatang.






Tinggalkan komentar