Pabrik Gula: Horor Lokal dengan Sentuhan Ritual Jawa, Layak Ditonton?

Irwin Andriyanto

0 Comment

Link
Pabrik Gula: Horor Lokal dengan Sentuhan Ritual Jawa, Layak Ditonton?

Film horor lokal kembali mendominasi bioskop Indonesia. Salah satunya adalah film Pabrik Gula, yang dirilis 31 Maret 2025 dan menarik perhatian publik. Artikel ini merupakan review film Pabrik Gula, yang sukses menembus lebih dari 1 juta penonton hanya dalam 4 hari. Capaian ini menjadi sorotan karena terjadi dalam periode Lebaran, ketika film keluarga biasanya lebih dominan.

Pabrik Gula: Horor Lokal dengan Sentuhan Ritual Jawa, Layak Ditonton?
Pabrik Gula: Horor Lokal dengan Sentuhan Ritual Jawa, Layak Ditonton?

Terinspirasi dari Cerita Viral dan Pabrik Bersejarah

Film ini diadaptasi dari thread viral karya SimpleMan, penulis yang juga terkenal dengan kisah KKN di Desa Penari. Ceritanya berlatar di pabrik gula peninggalan Belanda di Jawa Timur, yang menjadi lokasi sentral cerita. Setting waktu berada pada musim panen tebu tahun 2003, ketika sejumlah buruh musiman dipekerjakan secara temporer.

Kelompok buruh ini tinggal di mess pabrik yang memiliki aturan ketat seperti jam malam dan larangan memasuki area tertentu. Ketegangan mulai muncul saat salah satu pekerja, Endah, mengalami gangguan gaib dan kejanggalan. Ritual untuk menenangkan roh dilakukan oleh pihak pabrik, menandakan bahwa unsur mistis memang sudah lama menjadi bagian dari kehidupan di sana.

Munculnya entitas roh perempuan yang dikenal sebagai Maha Ratu menjadi pusat horor dalam film ini. Kisah perjanjian lama antara pendiri pabrik dan roh tersebut menjadi akar dari segala peristiwa mistis yang terjadi.

Dua Versi Film: Jam Kuning dan Jam Merah

Film ini menawarkan dua versi tayangan yang berbeda secara signifikan. Versi Jam Kuning (17+) lebih disesuaikan untuk kalangan remaja dan dewasa muda. Sedangkan versi Jam Merah (21+) menyajikan adegan lebih eksplisit dan berdarah, serta menghadirkan suasana lebih mencekam.

Perbedaan juga terdapat pada penyuntingan durasi dan penyajian ketegangan. Versi Jam Merah menampilkan beberapa adegan penting yang tidak ditayangkan di versi sebelumnya. Strategi ini berhasil meningkatkan antusiasme penonton untuk menonton ulang film dengan versi berbeda.

Atmosfer Mistis dan Nuansa Budaya Jawa

Daya pikat utama film ini terletak pada atmosfer dan nuansa lokal yang kuat. Kebun tebu yang sunyi, suara gamelan mengalun lirih, serta ritual seperti manten tebu dan sesajen menghadirkan kesan autentik khas Jawa. Adegan-adegan ini memperkuat elemen supranatural dalam alur cerita.

Sinematografi film menampilkan pencahayaan minim dan sudut kamera yang menekankan kesan tertekan. Visualisasi sosok gaib berbalut jubah tinggi menambah efek seram yang membekas. Setting lokasi pabrik tua dengan cat yang mengelupas dan mesin-mesin berkarat memberi kesan historis sekaligus angker.

Elemen komedi turut disisipkan melalui karakter Franky dan Dwi, serta dua satpam bernama Rono dan Karno. Kehadiran mereka mampu mencairkan suasana tanpa menghilangkan fokus cerita. Humor ini mengingatkan pada gaya horor Indonesia era 2000-an yang menggabungkan unsur komedi dan ketegangan.

Plot yang Familiar dan Kritik Publik

Meski berhasil menarik perhatian, alur cerita film Pabrik Gula dianggap beberapa penonton terlalu mengikuti pola umum. Penggunaan unsur santet, kerasukan, perjanjian gaib, dan hantu tinggi membuat ceritanya terasa penuh. Sebagian menganggap kombinasi tersebut tidak terkelola dengan optimal.

Perbandingan film Pabrik Gula vs KKN di Desa Penari juga sering muncul. Keduanya memiliki kemiripan dalam gaya naratif, latar daerah terpencil, serta pendekatan pada budaya dan entitas tak kasatmata. Namun, Pabrik Gula dinilai lebih berani dalam menampilkan ritual dan latar sejarah industri kolonial.

Beberapa kritikus juga menyebut bahwa pengembangan karakter masih minim. Motivasi tokoh utama kurang tergali, dan beberapa adegan penting terasa buru-buru. Meski begitu, keberhasilan film ini membuktikan bahwa penonton masih haus akan horor dengan latar lokal yang kuat.

Apakah Film Ini Layak Ditonton?

Film ini sangat layak ditonton bagi penikmat horor lokal dan pencinta budaya Jawa. Unsur-unsur seperti manten tebu, suara gamelan, kuda lumping, dan nuansa mistik menambah kekayaan budaya dalam sinema.

Bagi yang mengharapkan horor penuh kejutan, film ini memberikan beberapa momen menegangkan. Meski beberapa jumpscare terasa standar, kombinasi atmosfer dan musik latar mampu membangun ketegangan dengan efektif.

Namun bagi yang menuntut inovasi dalam penceritaan, film ini mungkin terasa repetitif. Plotnya tidak terlalu mengejutkan dan mengikuti formula horor konvensional yang sudah familiar.

Pabrik Gula adalah film horor Indonesia terbaru 2025 yang memadukan mitos lokal dengan visual sinematik. Kehadiran dua versi tayangan memperluas segmen penonton dan menambah daya tarik.

Film ini berhasil menghadirkan nuansa horor yang kental, dengan kekuatan produksi dan pemanfaatan budaya Jawa sebagai nilai jual utama. Walaupun alurnya belum sepenuhnya segar, review film Pabrik Gula menunjukkan bahwa film ini tetap menjadi pengalaman bioskop yang patut diapresiasi.

Tags:

Share:

Related Post

Tinggalkan komentar