Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup kini tidak lagi menjadi isu sampingan. Berdasarkan laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024, sektor rumah tangga dan perkotaan menyumbang sekitar 14,9% emisi gas rumah kaca nasional (sumber: dlhi.co.id). Di tengah meningkatnya urgensi krisis iklim, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) di berbagai daerah terus memperluas inisiatif pelibatan masyarakat, termasuk pria, sebagai aktor perubahan lingkungan. Namun, narasi keterlibatan pria dalam isu lingkungan masih belum sepopuler kontribusi perempuan. Inilah saatnya pria mengambil peran strategis demi masa depan yang lebih hijau.
Perspektif Baru: Lingkungan Hidup adalah Urusan Semua Orang
Selama ini, banyak kegiatan lingkungan dikaitkan dengan aktivitas domestik yang lebih sering diasosiasikan dengan peran perempuan. Padahal, studi dari United Nations Development Programme (UNDP) menunjukkan bahwa partisipasi lintas gender dalam inisiatif lingkungan menghasilkan dampak yang lebih merata dan berkelanjutan. Pria, dalam kapasitasnya sebagai pemimpin keluarga, tokoh masyarakat, dan pelaku ekonomi, memiliki posisi penting untuk mendorong perubahan.

DLH mulai menyadari pentingnya pelibatan pria dalam skala komunitas hingga kebijakan daerah. Program seperti Kampung Iklim, Bank Sampah, dan Urban Farming kini melibatkan pria sebagai penggerak, pelatih, bahkan pengelola logistik. Langkah ini menunjukkan bahwa kepedulian lingkungan bukanlah soal siapa, melainkan bagaimana setiap individu berkontribusi.
Aksi Nyata Pria Bersama DLH
DLH di berbagai kota membuka ruang partisipasi luas bagi pria yang ingin terlibat aktif. Beberapa bentuk kontribusi nyata meliputi:
1. Menjadi Penggerak Bank Sampah
DLH mendorong pembentukan unit bank sampah berbasis RT/RW, dengan pelibatan pria sebagai koordinator lapangan dan teknisi pengelolaan limbah. Pria yang terbiasa mengelola logistik atau kegiatan operasional sangat cocok mengisi peran ini. Contoh suksesnya terlihat di Kota Surabaya, di mana lebih dari 60% pengelola bank sampah pria berasal dari latar belakang teknis.
2. Turut Andil dalam Program Konservasi dan Penanaman Pohon
Bersama DLH, pria dapat berkontribusi dalam penghijauan kota, restorasi lahan kritis, atau reboisasi kawasan pinggiran. Di Jakarta, DLH bekerja sama dengan komunitas pecinta alam pria untuk merevitalisasi bantaran sungai melalui kegiatan bersih sungai dan penanaman vegetasi lokal.
3. Menjadi Fasilitator Sosialisasi Lingkungan di Komunitas
DLH menyelenggarakan pelatihan edukator lingkungan bagi pria yang tergabung dalam komunitas hobi seperti otomotif, memancing, dan olahraga. Di Bogor, komunitas pesepeda pria berkolaborasi dengan DLH untuk mengkampanyekan pengurangan emisi lewat transportasi non-motor.
4. Mendorong Inisiatif Hijau di Tempat Kerja
Pria yang bekerja di sektor industri maupun pemerintahan dapat menjadi penginisiasi program kantor hijau (green office), efisiensi energi, dan manajemen limbah di tempat kerja. DLH Kota Semarang mencatat peningkatan inisiatif lingkungan sebesar 33% di perusahaan-perusahaan yang dipimpin oleh pria sejak 2021.
5. Menjadi Role Model dalam Rumah Tangga
Figur ayah yang mengadopsi gaya hidup minim limbah, hemat energi, dan menggunakan produk ramah lingkungan dapat membentuk budaya sadar lingkungan di rumah. DLH mengembangkan modul edukasi berbasis keluarga yang dapat digunakan oleh kepala keluarga untuk mengajarkan prinsip ekologi kepada anak-anak.
Inovasi DLH dalam Merangkul Komunitas Pria
Dinas Lingkungan Hidup kini aktif menggandeng komunitas pria dalam berbagai program strategis. Di Yogyakarta, DLH bekerja sama dengan komunitas motor trail untuk kampanye anti-sampah di kawasan wisata alam. Di Bandung, DLH berkolaborasi dengan komunitas tukang bangunan dan pengrajin untuk menerapkan konsep konstruksi ramah lingkungan.
Untuk menjangkau generasi muda, DLH menggunakan platform digital seperti TikTok, YouTube, dan Instagram dengan konten video pendek yang membahas tips sederhana menjaga lingkungan. Sebuah video kampanye “Pria Bijak Gunakan Air” di TikTok yang diproduksi DLH DKI Jakarta bahkan telah ditonton lebih dari 2 juta kali dalam dua minggu.
Studi Kasus: DLH Kota Malang dan Gerakan Lingkungan Pria
Di Kota Malang, pelibatan pria dalam program DLH menunjukkan dampak signifikan. Melalui gerakan “Lelaki Tangguh Lingkungan”, pria dari berbagai latar belakang diajak menjadi pelatih, narasumber, dan pelaksana lapangan. Mereka aktif mengedukasi warga tentang pentingnya pemilahan sampah, urban farming, dan penanganan limbah organik.
Laporan tahunan DLH Malang 2023 menunjukkan bahwa kawasan yang dikelola bersama oleh komunitas pria memiliki tingkat kebersihan dan penurunan timbulan sampah lebih tinggi 21% dibanding wilayah lain. Program ini menjadi model kolaborasi yang akan direplikasi oleh DLH kota lain.
Menghadapi Tantangan Kultural dan Struktural
Namun tidak semua mudah. Pelibatan pria masih menghadapi tantangan seperti:
- Rendahnya persepsi bahwa peduli lingkungan adalah nilai maskulin
- Minimnya representasi pria dalam program edukasi
- Kurangnya insentif bagi kontribusi komunitas
DLH di berbagai kota kini merancang solusi berbasis:
- Program pelatihan berjenjang dengan sertifikasi
- Pemberian penghargaan atau insentif bagi penggerak lingkungan pria
- Kemitraan dengan dunia usaha yang memberikan ruang bagi program CSR berbasis komunitas pria
Menuju Lingkungan Hidup yang Inklusif dan Setara
Peran pria dalam pelestarian lingkungan bukan sekadar pelengkap, melainkan bagian integral dari upaya kolektif. Kolaborasi dengan DLH menjadi peluang bagi pria untuk menunjukkan kepedulian yang nyata dan berdampak. Ketika pria bergerak, perubahan menjadi lebih kuat, luas, dan berjangka panjang.
DLH sebagai fasilitator dan pemangku kebijakan memiliki peran penting untuk menciptakan ruang partisipasi yang setara. Dengan membangun budaya baru di mana pria aktif menjaga lingkungan, Indonesia bisa mempercepat pencapaian target pembangunan berkelanjutan (SDGs), terutama tujuan nomor 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan) dan nomor 13 (Penanganan Perubahan Iklim).
Tinggalkan komentar